Monday 20 May 2013

GRIME - Gaya Sebuah Musik yang Tercipta dari Pergerakan Radio Ilegal.


Mungkin akan terdengar sama seperti musik Hip-hop dan Rap, namun ada banyak cerita dibalik kisah kemunculannya.
GRIME yang merupakan sebuah gaya dari aliran urban music yang muncul pertama kali di Bow, London bagian timur pada awal 2000an ini menjadi komponen utama dalam berkembangnya musik-musik Garage dan Dancehall.

Munculnya Grime secara intrinsik berhubungan dengan keaslianya terhadap UK Pirate Radio, yang pada saat itu musisi terus mengasah kemampuan bermusiknya dan pencapaian musik-musik underground sebelum menjadi mainstream. Sama seperti Garage, Pirate Radio merupakan sebuah esensi berevolusinya berbagai genre musik. Setelah kemunculan Grime, termasuk dalam masa Sublow (sebuah referensi musik yang mengacu pada frekuensi bass sekitar 40 Hz) dan Eskibeat (sebuah istilah yang diciptakan oleh Wiley berserta kolaborasinya) yang berasosiasi dengan Grime. Respon dari masyarakat musik underground kepada Grime merupalam sebuah pemicu geraknya musik Garage di UK yang jauh dari unsur-unsur musik house bahkan lebih terasa gelap dan lebih kaya akan sound. Grime juga dipenuhi oleh musik-musik beraliran 2Step, 4x4 atau breakbeats yang semua seragam menggunakan ketukan 140bpm

Coba dengarkan artis-artis Grime yang menuai sukses hingga sekarang seperti Dizzee Rascal, Tinie Tempah, dan Tinchy Stryder.




Monday 10 September 2012

Té Release New Video

Té - 楽観の深奥で燻る魔は、万人が宿す普遍的無意識の『罪』の残滓。

 

 

Thursday 10 May 2012

Sleep Party People - Jatuh & Terseret Jauh Ke Dalam Lubang Yang Penuh Cahaya



Sebuah "Bedroom Project" dari Brian Batz yang terus bersinar dikegelapan seperti permata merah yang berwarna magis, dan semakin kamu mendengarkan musik Sleep Party People (SPP) seolah kamu akan jatuh dan terseret jauh kedalam lubang yang penuh cahaya.

Hanya berbekal drum machine tua, sebuah grand piano dan gitar elektrik yang terkadang distorsi dan delay sering bertabrakan ini menciptakan suasana unik seperti dialam mimpi. Tak hanya memoles musiknya menjadi suasana dingin dan gelap, Brian Batz yang diperhatikan dalam semua lagu dipengaruhi oleh "mood"nya ini menambahkan vokalnya dengan efek chorus yang berlebihan dan ditambah reverb yang seolah menggaung diseisi ruangan kamarmu. Musiknya pun banyak dipengaruhi oleh band-band shoegaze seperti My Bloody Valentine, Cocteau Twin dan Flaming Lips namun akan kesulitan jika ingin mendeskripsikan musik SPP jika sudah mendengarnya.



Album pertama dari SPP berjudul Eponymous, seperti yang sudah diprediksikan, banyak yang menganggap ini aneh namun disisi lain SPP memberikan suatu keindahan yang jarang dihasilkan oleh musisi-musisi Denmark. Begitu merilis album pertamanya ini, SPP langsung menjadi sorotan media cetak di negaranya dengan menyandang title "A Hazy, Dreamy, and Wonderous Debut Album" di salah satu media cetak terbesar disana.



Karena SPP awalnya hanya merupakan "Bedroom Project", untuk tampil secara live pun sudah mulai dipikirkan oleh Brian sejak ia menulis lagu pertamanya. Brian dibantu oleh 5 temannya yang disebut dengan Five Bunnies. Briand dan Five Bunnies selalu mengenakan pakaian yang khas, yaitu zip hitam dengan tudung kepala yang terpasang dikepala dengan topeng kelinci bertelingan besar. Penampilan live SPP sunggu diluar dugaan, mereka bermain rapih dan sangat terkonsep. Jauh dari pandangan bahwa SPP berawal dari sebuah Bedroom Project.

(bagus)


 

 



Steven Patrick "Morrissey" - Sosok Yang Paling Dihormati Se-Inggris Raya




Steven Patrick Morrissey atau yang lebih dikenal dengan nama Morrissey atau Moz ini lahir pada 22 Mei 1959 dilingkungan keluarga katolik asal Country Kildare, sebuah daerah kecil di Irlandia yang kemudian mereka sekeluarga hijrah ke Manchaster, Inggris. Bisa dibilang Morrissey dibesarkan dilingkungan keluarga yang religius dan sederhana. Ayah morrisey, Peter bekerja sebagai kurir di rumah sakit dan ibunya, Elizabeth seorang asisten pustakawan.
Johnny Marr
Sebagai salah satu musisi yang cukup disegani karena pengaruhnya didunia musik indie, Morrissey memulai karirnya dengan bergabung kesebuah band bernama The Nosebleeds ditahun 1978 yang sempat bermain dibeberapa konser musik dan sempat beberapa kali muncul dimajalah. Pengisi gitar The Nosebleeds saat itu adalah Billy Duffy, Morrissey banyak menulis lagu bersamanya, namun sayang tidak ada satupun karya mereka yang masuk ke dapur rekaman hingga band itu bubar ditahun terbentuknya.




The Smiths.

Di awal tahun 1982, Morrissey bertemu dengan seorang gitaris "Johnny Marr" yang sangat sejalan pikiran dengannya dan langsung mulai menulis lagu bersama. Setelah merekam beberapa demo tape, Morrissey mencari personil lainnya seperti Mike Joyce dan Dale Hibbert dan membentuk sebuah band alternatif rock yang tergabung dalam The Smiths sebagai vokalis sekaligus penulis syair yang terkenal akan tema-tema dramatis, suram, dan masa lalu yang menjadi teror. Karir Morrissey bersama The Smiths bisa dibilang seperti roket, tak lama semenjak terbentuknya The Smiths langsung menduduki berbagai chart di UK lewat single-single-nya seperti The Chairming Man, What Difference Does It Make?, dan Hand In Glove. Kesuksesan karir The Smiths terus berlanjut hingga dipencapain album ke-empat mereka yang berjudul "Strangeways, Here We Come". Disaat proses pembuatan album ini Morrissey sudah sedikit merasakan frustasi pada The Smiths, padahal hingga album terakhir ini The Smiths masih menjajah berbagai chart dan penjualan di Uk. Faktor lainnya datang dari Johnny Marr sendiri yang merasa lelah dan berada di tingkat kecanduan alkohol yang cukup serius, maka ia memutuskan untuk beristirahat pada pertengahan juli 1987 sebelum album Strangeways, Here We Come dirilis, dan itu sangat membawa pengaruh ke anggota The Smiths lainnya. Saat diwawancarai oleh NME, Johnny Marr keluar dari The Smiths bukan karena perselisihannya dengan Morrissey namun alasan dia hanya ingin memperluas musiknya. Lucunya, saat album Strangeways, Here We Come dirilis, The Smiths sudah bubar, dan anekdot yang tersebar untuk album ini adalah Strangeways, Here We Comes, and Break-up.


Solo Karir  
 
Karir bermusik Morrissey tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ternyata ia mempunyai pandangan yang lebih besar dari kesuksesan The Smith. Karirnya semakin melambung setelah ia memutuskan untuk menjadi solois. Dan dahsyatnya lagi, hampir semua karya Morrissey diakui mempengaruhi pergerakan musik dunia. Bersamaan dengan terjunnya kepasar album Strangeways dan bubarnya The Smiths, Morrissey langsung menunjukkan potensi sebagai vokalis solo. Setahun kemudian keluarlah album perdana, Viva Hate yang langsung meroket pada tangga lagu di Eropa, seperti di Inggris dan Swedia.

Sampai pada fase karir Morrissey benar-benar melambung dan banyak menjadi sorotan publik di tahun 1994. Melalui penjualan album Vauxhall and I, serta peran sebuah singel yang ada didalamnya, "The More You Ignore Me, The Closer I Get" berhasil membawa Morrissey pada masa-masa emasnya yaitu pencapaian angka penjualan album yang luar biasa. Dari situ Morrissey terus menuangkan ide-idenya dalam sebuah satire dan sarkasmus yang dikemas dalam album Southpaw Grammar (1995), Maladjusted (1997), You Are the Quarry (2004), Ringleader of the Tormentors (2006) dan di tahun – tahun terakhir sesudah album yang mengembalikan dirinya sebagai seorang solo artis jenius “You Are The Quarry”, ia seperti kelebihan batas dengan permainan kata – kata sarkastik yang keluar dari mulutnya. Tapi di album Years Of Refusal (2009), ia kembali dan ia kembali dengan pelukan hangat dan penuh agresifitas.



Hal menarik lainnya selepas dari karya-karyanya adalah gaya hidup, kebiasaan, sikap dan kehidupannya yang penuh dengan misteri. Banyak yang mencibir masalah orientasi sex Morrissey yang disinyalir seorang gay karena lirik yang ia tulis selama bermusik dengan The Smiths, dan termasuk sang idola, James Dean yang juga seorang guy dan menjadi idola Morrissey. Namun tetap, diluar itu Morrissey merupakam sosok yang sangat dhormati oleh banyak musisi se-Inggris Raya bahkan dunia.

Bagus, *ditulis untuk Trekr Magazine

Wednesday 14 March 2012

Beach House - Bloom


Beach House is Alex Scally and Victoria Legrand and Bloom is the band’s fourth full-length album. Like their previous releases (Beach House in 2006, Devotion in 2008, Teen Dream in 2010), it further develops their distinctive sound yet stands apart as a new piece of work.

The landscape of Bloom was largely designed on the road, between the countless sound checks and myriad experiences during two years of tour. Throughout this period, melodies, chords, rhythms, words, and textures surfaced in moments of their own choosing. These spontaneous ideas were later gathered and developed in Baltimore, Maryland where the band lives and works.


Bloom was then recorded in late 2011 over a period of seven weeks at Sonic Ranch Studios in Tornillo, TX and mixed for another two at Electric Lady in NYC. The band co-produced the record with Chris Coady.
Bloom is meant to be experienced as an ALBUM. It offers a singular, unified vision of the world. “Many songs were omitted or dropped because they lacked a place within our vision for this album,” notes Scally. Though not stripped down, the many layers of Bloom are uncomplicated and meticulously constructed to ensure that there is no waste. Each chord and melody performs its role to form a whole. The songs have depth and reveal themselves in new ways through repeated listening. As a complete work, Bloom transcends the banality of simple emotions and arrives at a realm of honesty and complexity. It soberly reveals how frightening and temporary, yet beautiful, our existence is. It creates an honest reflection of death, as it must to relate to life. To this Legrand adds, “Bloom is a journey. For me, it is about the irreplaceable power of imagination as it relates to the intense experience of living. A bloom is only temporary… a fleeting vision of life in all its intensity and color, beautiful even if only for a moment.”